JAKARTA (Infosiak.com) – Kebanyakan pekerja kantoran diwajibkan untuk bekerja dari pagi sampai sore. Di sisi lain, beberapa profesi mungkin menuntut pekerjanya untuk memiliki jam kerja yang terbalik dari malam hingga pagi. Misalnya saja pekerja pabrik, perawat jaga UGD, pramuniaga toko dan restoran 24 jam. Setuju kerja shift malam artinya Anda harus mau dan bisa tetap terjaga sepanjang malam. Selain itu, jadwal kerja shift juga sering dikaitkan dengan risiko masalah kesehatan serius.
Mengapa kerja shift malam meningkatkan risiko penyakit?
Kerja shift malam tentu akan mengubah rutinitas Anda. Yang seharusnya jadi waktu bagi Anda beristirahat dan tidur, justru Anda pergunakan untuk bekerja dan bahkan makan. Sebaliknya, di waktu saat tubuh seharusnya melakukan aktivitas penting seperti bergerak dan mencerna, Anda malah tidur.
Lama-lama rutinitas seperti ini akan membuat jam biologis tubuh jadi berantakan. Jam biologis atau jam sirkadian bekerja mengikuti segala perubahan aktivitas fisik, mental, dan perilaku manusia dalam siklus 24 jam. Jam biologis seseorang menentukan siklus tidur, produksi hormon, suhu tubuh, dan berbagai fungsi tubuh vital lainnya.
Jam sirkadian juga berperan mengatur kapan tubuh harus memproduksi sel-sel baru dan memperbaiki DNA yang rusak. Semua efek perubahan jam biologis ini tentu ikut mengubah metabolisme tubuh. Anda jadi lebih sulit tidurn nyenyak (insomnia), sering kelelahan yang tampaknya tidak pulih-pulih, hingga masalah kesehatan lainnya seperti gangguan pencernaan mulai dari sakit perut, mual, diare, sembelit, dan nyeri ulu hati, hingga risiko cedera dan kecelakaan. Pada akhirnya, kerja shift malam dapat menurunkan kualitas hidup dan produktivitas kerja.
Dampak kesehatan jangka panjang dari shift kerja malam
Dilansir dari WebMD, ilmuwan dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) mengungkapkan bahwa gangguan ritme sirkadian dapat mengganggu dua gen supresor tumor yang memicu perkembangan penyakit kronis, seperti kanker.
Peneliti telah menemukan hubungan yang menarik antara pekerja shift dan peningkatan risiko kondisi kesehatan yang serius.
Penyakit kardiovaskular
Sebuah studi ulasan dari berbagai penelitian menemukan bahwa risiko penyakit kardiovaskular pada pekerja shift malam tampak meningkat hingga 40 persen.
Risikonya akan semakin bertambah jika jam terbang Anda makin lama. Risiko stroke meningkat setelah seseorang melakukan kerja shift selama 15 tahun. Satu penelitian menemukan bahwa risiko stroke meningkat lima persen setiap 1 tahun tambahan dari bekerja shift.
Diabetes dan gangguan metabolik
Kerja shift menjadi faktor risiko dari diabetes. Salah satu penelitian menemukan bahwa pekerja shift memiliki risiko 50 persen lebih tinggi mengalami diabetes daripada pekerja harian. Risiko ini terjadi pada mereka yang bekerja shift selama 16 jam.
Kerja shift juga dihubungkan dengan ganguan metabolik, kombinasi masalah kesehatan seperti tekanan darah tinggi, gula darah tinggi, obesitas, dan kadar kolesterol tinggi. Ini adalah faktor risiko untuk diabetes, serangan jantung, dan stroke. Risiko gangguan metabolik lebih tiga kali pada orang yang bekerja shift malam.
Obesitas
Ada beberapa kemungkinan alasan untuk hubungan antara obesitas dan kerja shift. Diet yang buruk dan kurang olahraga mungkin menjadi penyebabnya. Keseimbangan hormon tampaknya juga mengambil peran.
Hormon leptin yang mengatur nafsu makan, sehingga membuat Anda merasa kenyang. Karena kerja shift tampaknya menurunkan tingkat leptin, sehingga pekerja shift sering merasa lapar. Akibatnya Anda makan lebih banyak daripada pekerja harian.
Depresi dan gangguan suasana hati
Beberapa penelitian telah menemukan bahwa pekerja shift lebih cenderung mengalami gejala depresi dan gangguan suasana hati lainnya.
Bekerja shift juga dapat memengaruhi kimia otak secara langsung. Satu penelitian melaporkan bahwa saat dibandingkan dengan pekerja harian, pekerja malam memiliki tingkat serotonin yang lebih rendah, zat kimia otak yang berperan dalam mengatur suasana hati.
Gangguan kesuburan dan kehamilan
Bekerja shift dapat memengaruhi sistem reproduksi wanita. Satu penelitian mengamati pramugari, yang biasanya bekerja dalam shift. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pramugari yang bekerja shift lebih mungkin mengalami keguguran dibandingkan dengan pramugari yang bekerja dalam waktu normal.
Bekerja shift tampaknya terkait dengan peningkatan risiko komplikasi selama persalinan, bayi prematur dan bayi lahir berat badan rendah, masalah kesuburan, endometriosis, menstruasi tidak teratur, dan menstruasi yang menyakitkan.
Kanker
Ada beberapa bukti, baik dari penelitian manusia dan hewan, bahwa kerja shift menimbulkan peningkatan risiko kanker.
Dua analisis data dari berbagai penelitian menemukan bahwa kerja malam meningkatkan risiko kanker payudara hingga 50 persen. Shift kerja di pesawat terbang, seperti pilot dan pramugari, meningkatkan risiko hingga 70 persen.
Selain itu, kerja shift juga dapat meningkatkan risiko kanker kolorektal dan prostat. Sejauh ini, penelitian menunjukkan bahwa risiko kanker naik hanya setelah bertahun-tahun bekerja dalam shift, mungkin selama 20 tahun.
Sumber : Hellosehat
Editor : Afrijon