POJOK (Infosiak.com) – Fenomena banjir di musim penghujan bukanlah hal baru yang dialami dan dirasakan oleh masyarakat. Khusus di wilayah Provinsi Riau, banjir merupakan tamu tak diundang yang kerap datang/terjadi pada setiap bulan Desember hingga Januari. Bahkan kedatangan sibanjir di tengah masyarakat tidak mengenal apakah sedang dalam suasana tahun politik ataupun tahun paceklik.
Seperti yang terjadi di awal tahun 2024 ini, hampir seluruh kabupaten/kota di wilayah Provinsi Riau dikabarkan mengalami kebanjiran. Curah hujan yang tinggi dan naiknya air pasang menjadi faktor utama penyebab terjadinya banjir di sejumlah daerah di Provinsi Riau, seperti di Kabupaten Siak, Pelalawan, Kampar, Rohil, Rohul, Kuansing, Bengkalis, dan bahkan Kota Pekanbaru.
Bagi sebagian besar masyarakat (khususnya petani sawit, red), banjir yang menggenangi perkebunan dan pemukiman laksana kehadiran sesosok monster yang turun dari langit. Sebab, kehadirannya membuat para petani tidak bisa menjalankan aktivitasnya di kebun. Parahnya lagi, banjir tersebut tidak bisa diusir hanya dengan menggunakan alat berat (excavator, red) maupun ajimat dan mantera-mantera.
Yang menarik pada musim banjir kali ini adalah, kehadiran banjir di tengah masyarakat berbarengan dengan tibanya masa tahun politik. Sorak-sorai yang biasanya terdengar mengiringi pesta demokrasi tahunan per Lima tahun itu harus tersendat-sendat akibat diselimuti kegundahan dan keluh-kesah rakyat jelata yang halaman rumah dan kebunnya kebanjiran.
Tersebutlah Wak Lantak, salah seorang tokoh/pemuka masyarakat yang tinggal di Dusun Ternganga Kampung Tua, sejak terjadinya banjir dalam beberapa pekan terakhir ini, Wak Lantak tak bisa lagi rutin keluar rumah untuk memantau perkembangan politik di kampungnya.
“Sekarang ni kito cumo bisa berdoa semoga banjir di kampong kito cepat surut. Siapopun nanti Caleg dan Capres yang terpilih, sayo pesankan tolong diingat kalau tibo bulan Desember kampong kito ni sering kebanjiran. Dah itu ajo,” beber Wak Lantak singkat, saat diajak berbincang soal pilihan politik di Pemilu 2024.
Berbeda dengan Wak Labu, Wak Lantak yang saat ini lebih memilih memikirkan masalah banjir ketimbang masalah politik, justeru Wak Labu malah sibuk ke sana-kemari mempromosikan keponakannya yang tahun ini maju sebagai calon anggota dewan. Dengan penuh semangat dan bermodal janji muluk, Wak Labu getol menghampiri kampung-kampung yang saat ini tengah dilanda banjir.
Sembari membawa bingkisan dan kalender tahun 2024, Wak Labu gencar mendatangi rumah-rumah warga yang halamannya kebanjiran. Dengan raut wajah sedikit memelas, Wak Labu menyampaikan rasa keprihatinannya atas musibah banjir yang terjadi. Wak Labu berjanji bilamana pada Pemilu 2024 nanti keponakannya terpilih sebagai anggota dewan, keponakannya itu akan berusaha sekuat tenaga dan segenap pikiran mengatasi persoalan banjir di seluruh daerah yang menjadi bagian dari Dapil-nya.
“Saya sangat prihatin melihat kondisi banjir yang sedang terjadi. Tapi kita tidak boleh patah semangat, apalagi saat ini kita sedang berada di tahun politik, kesempatan kita untuk memilih calon wakil-wakil kita yang memiliki rasa peduli terhadap masyarakat, khususnya calon yang peduli dengan kondisi banjir. Oleh sebab itu, kepada masyarakat yang saat ini rumahnya kebanjiran, saya mohon dukungan agar kiranya bisa membantu suara untuk keponakan saya, karena keponakan saya berjanji siap berjuang menyelesaikan masalah banjir jika nantinya terpilih,” pesan Wak Labu, saat mengunjungi warga.
Menelisik fenomena banjir yang terjadi di tengah tahun politik ini, kita sebagai penikmat kopi panas dan teh hangat bergumam dalam hati, mampukah banjir ini memberikan konstribusi/keuntungan besar bagi para politisi?. Ataukah justeru sebaliknya menjadi tantangan berat bagi para politisi?.
Penulis: Atok