NASIONAL (Infosiak.com) – Pandemi Covid-19 merupakan pandemi yang telah berlangsung selama sekitar 3 tahun terakhir. Pada tahun 2022 ini pemerintah mengeluarkan kebijakan/aturan baru yakni memperbolehkan buka puasa bersama asalkan tidak mengobrol. Memang bisa?
Pemerintah yang menerapkan kelonggaran Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM,), kegiatan buka puasa bersama atau buber sudah bisa dilakukan dengan berbagai ketentuan. Juru bicara Satgas Covid-19 Wiku Adisasmito menegaskan pemberlakuan buber bisa dilakukan dengan menjaga jarak dan tidak dibarengi dengan mengobrol. Lucu kan?.
“Kalau buka puasa bersama sebaiknya dijaga jarak yang cukup dan tidak usah berbicara pada saat makan. Jangan lupa cuci tangan sebelum makan supaya kita betul-betul bersih dan sehat,” kata Wiku, seperti dilansir Suara.com.
“Jadi semua bisa dilakukan asal betul-betul adaptasinya dengan protokol kesehatan,” lanjutnya.
Saat ini Satuan Tugas Covid-19 bersama dengan Kementerian Agama dan pemerintah daerah terus berusaha memastikan pelaksanaan buka bersama tetap menaati protokol kesehatan. Situasi Covid-19 tetap harus diawasi oleh masing-masing orang. Tiap daerah mungkin memiliki level PPKM berbeda sehingga semua pihak diharapkan bisa saling mengingatkan.
Wiku Adisasmito mengingatkan meskipun masyarakat merindukan momen berbuka bersama di bulan Ramadhan, jangan sampai masyarakat melupakan kedisiplinan.
“Selama kita beribadah kalau di Masjid pastikan Masjidnya tidak terlalu penuh, dan terlalu lama di Masjid sehingga potensi penularannya menjadi besar, caranya ventilasi masjidnya dibuka lebih baik dan tidak terlalu lama di dalam masjid, interaksi berbicara juga relatif terbatas, yang tidak berbicara menggunakan masker saja,” jelasnya.
“Masyarakat kan kalau ditanya levelnya apa mungkin mereka tidak begitu paham, nah ini tugasnya pemerintah daerah, bukan hanya menyampaikan levelnya, tapi apa yang harus dilakukan,” tegas Wiku.
Terkait aturan yang dikeluarkan tersebut, masyarakat menilai aturannya terkesan “nyeleneh” dan sangat tidak memungkinkan untuk bisa diterapkan.
“Aturannya terkesan nyeleneh, sungguh sangat tidak memungkinkan untuk bisa diterapkan di masyarakat. Sejak kecil sampai tua segini, saya kalau makan dengan keluarga atau teman pasti sambil ngobrol, kalau saling diam kesannya ya gak asyik,” ujar Bejo, salah seorang warga di Siak.
Laporan: Atok