JAKARTA (Infosiak.com) – Eka Tjipta Widjaja, pendiri Sinar Mas Group dan juga pemilik PT Indah Kiat Pulp and Paper, meninggal dunia, Sabtu (26/1/2019). Taipan properti dan raja kertas itu meninggal dunia malam ini pukul 19:43 WIB, pada usia hampir mencapai 91 tahun.
Kabar duka mengenai Eka Tjipta Widjaja yang meninggal dunia pun segera tersebar. Eka memang tak lagi di garda depan dalam mengembangkan ratusan bisnisnya.
Dia jauh-jauh hari sudah memberikan kepercayaan semua bisnisnya kepada anak-anak dan cucu-cucunya.
Seperti dalam tulisan Kontan.co.id, beberapa tahun lalu, Sinar Mas mengelompokkan ratusan perusahaan ke dalam enam pilar utama bisnis.
Masing-masing pulp and paper, jasa keuangan, pengembang dan real estat serta agribisnis dan makanan.
Dua lini bisnis lagi adalah telekomunikasi serta energi dan infrastruktur.
Anak tertua Eka Tjipta, yakni Teguh Ganda Widjaja memegang pulp and paper.
Franky O. Widjaja menggawangi agribisnis dan makanan.
Lantas, bisnis pengembang dan real estat dikendalikan Muktar Widjaja.
Kalau Indra Widjaja kebagian jasa keuangan.
Anak-anak mereka atau generasi ketiga sudah terlibat menjalankan bisnis bersama-sama.
Hanya bisnis energi dan infrastruktur yang langsung dipegang oleh generasi III.
Fuganto Widjaja, anak Indra Widjaja mengawal bisnis yang antara lain membawahi PT Golden Energy Mines Tbk dan PT Berau Coal Energy Tbk itu.
“Dipilih di antara generasi III. Pak Fuganto dianggap mampu dan bisa menjalankan,” terang Gandi Sulistiyanto, Managing Director Sinar Mas Group.
Menjalankan bisnis berbarengan antara generasi II dan III bukan tanpa kendala. Meskipun pertalian darah mengikat mereka.
Kendala biasanya muncul lantaran faktor latar belakang pendidikan dan komunikasi. Gaya kepemimpinan generasi III yang berlatar belakang pendidikan di luar negeri, berbeda dengan generasi II.
Namun, klan Eka Tjipta sudah sepakat dengan satu hal.
“Kalau sudah diputuskan oleh anak tertua, yang lain mengikuti, walaupun dalam diskusi ada perbedaan pendapat,” kata Gandi.
Perlu diketahui, Eka Tjipta Widjaja dinobatkan sebagai orang terkaya nomor 2 di Indonesia tahun 2018 oleh Forbes. Eka disebutkan memiliki aset senilai Rp 205 triliun.
Taipan sukses ini mencapainya bukan tanpa perjuangan. Tak banyak yang tahu masa lalu Eka yang memprihatinkan.
Eka dan ibunya pertama kali datang ke Indonesia pada tahun 1932 saat ia berusia 9 tahun.
Mereka menyusul sang ayah yang sudah migrasi lebih dulu. Ekonomi keluarganya sangat jauh dari kata layak.
Ayahnya terlibat utang pada rentenir dan tak mampu membayar bunga yang sangat tinggi. Eka akhirnya tak bisa melanjutkan sekolah sehingga hanya punya ijazah SD.
Ia bertekad untuk bisa membantu ayah dan ibunya. Eka dan ayahnya mulai berjualan permen dan biskuit keliling Makassar.
Eka berjualan dari pintu ke pintu. Menaiki sepeda, ia akan berhenti dan mengetuk pintu rumah calon pembeli tanpa kenal lelah.
Eka yang kala itu berusia 15 tahun ternyata bisa meringankan beban utang keluarganya dari hasil jualan biskuit dan permen.
Ia menabung sebagian keuntungannya untuk tambahan modal. Tak puas dengan berjualan keliling, Eka membeli alat membuat kembang gula di rumah.
Dia mulai memproduksi sendiri kembang gulanya. Pada masa penjajahan Jepang, Eka bekerja sama dengan CIAD (Corp Intendands Angkatan Darat). Dia menjual kopra pada mereka.
Namun, Jepang mengeluarkan kebijakan monopoli kopra dan bisnis Eka terhenti. Eka kembali bangkrut.
Punya prinsip tak mau menyerah, Eka kembali menjajal bisnis baru. Ia beralih ke usaha bahan-bahan keperluan makanan, bangunan, dan kebutuhan harian.
Tahun 1950 lagi-lagi usahanya terhenti karena dirampas saat peristiwa Permesta.
Saat usianya 37 tahun, Eka Tjipta pindah ke Surabaya. Dia mencoba bisnis kebun kopi dan kebun karet di daerah Jember.
Eka mendirikan CV Sinar Mas dan mulai berbisnis membuat bubur kertas dari sisa-sisa pengolahan karet.
Seiring perkembangan bisnisnya, Eka mendirikan PT Tjiwi Kimia pada 1976. Perusahaan ini bergerak di bidang bahan kimia.
Pada tahun 1980, Eka bisa membeli 10 ribu hektar kebun kelapa sawit di Riau.
Tahun 1982, Eka membeli Bank International Indonesia (BII) yang dan memulai bisnis propertinya dengan nama Sinar Mas Group. Hingga kini, Eka mungkin telah mengalami puluhan kali jatuh dan bangkit lagi.
Hasilnya, saat ini Eka ada di posisi dua sebagai orang terkaya di Indonesia.
Sumber : Tribunnews
Editor : Afrijon