SIAK (Infosiak.com) – Pengerjaan restorasi (pemugaran, red) Istana Peraduan Siak Sri Indrapura sempat disebut-sebut dilakukan secara sembrono (tidak sesuai ketentuan, red), karena diduga pihak pelaksana pekerjaan menggunakan bahan/material kayu kelas rendah. Sehingga informasi tersebut membuat sebagian kecil masyarakat Siak bertanya-tanya. Benarkah demikian?.
Menanggapi beredarnya informasi yang simpang-siur tersebut, Kepala Dinas Pariwisata (Kadispar) Siak H Fauzi Asni menegaskan, bahwasanya bilamana terdapat ketidaksesuaian dalam pekerjaan, kiranya dapat diperbaiki bersama.
“Bilamana terdapat ketidaksuaian dalam pekerjaan, atau menyalahi ketentuan, agar dapat kita perbaiki bersama. Hasil yang ingin kita capai adalah terbangunnya Istana Peraduan dan dapat operasional untuk menambah Destinasi Wisata di Kabupaten Siak, dan tetap menjadi kebanggaan bagi masyarakat Siak khususnya,” terang Fauzi Asni, Jum’at (22/03/2019) siang.
Sementara itu di tempat terpisah, Supervisor Tenaga Ahli Pelestari PT RAPP Irham Themas mengemukakan, pekerjaan pemugaran Istana Peraduan Siak itu sudah dilaksanakan sesuai kaidah.
“Pekerjaan pemugaran Istana Peraduan Siak telah melalui proses yang panjang, baik dari pengusulan hingga pelaksanaan. Sebelum dilakukan kegiatan fisik pemugaran, tentu ada kajian yang memuat tentang riwayat bangunan, inventarisasi dan dokumentasi kerusakan, gaya arsitektur jenis material dan bahan yang digunakan.
Di samping itu, kegiatan ini juga telah dilakukan koordinasi dengan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Sumbar Riau, Tim Ahli Cagar Budaya (TACB), serta Tim Ahli Bangunan Gedung (TABG),” terang Irham Themas, kepada Infosiak.com.
Irham Themas juga menyebutkan, dalam hal pelaksanaan pemugaran Istana Peraduan Siak itu, dirinya telah ditunjuk selaku Supervisor Tenaga Ahli Pelestari yang ditugaskan oleh PT RAPP untuk mengontrol pekerjaan agar sesuai dengan prinsip pelestarian
“Setiap minggu ada report yang disampaikan ke RAPP tentang progres pekerjaan fisik. Dan ini terus dilaporkan ke TACB dan TABG,” imbuhnya lagi.
Menyinggung soal kisruh yang terjadi pada beberapa waktu lalu, Irham dengan tegas mengatakan, bahwasanya itu terjadi karena adanya kesalahpahaman mengenai beberapa material bangunan yang digunakan.
“Adapun kisruh yang terjadi disebabkan adanya salah paham mengenai beberapa material yang digunakan, material kayu di pemugaran ini memakai kayu bangunan istana itu sendiri tanpa ada penggantian, karena masih bagus dan kuat. Sementara yang diduga kayu balam/pisang-pisang itu adalah kayu yang digunakan sebagai skor dan alat bantu tukang ketika memasang plat seng/zincalum agar mudah diinjak,” sambung Themas.
“Kalau beberapa material yang diduga bagian dari Istana dan digunakan oleh pekerja untuk barak dan meja kerja, itu tentunya bekas bongkaran yang tidak masuk kategori cagar budaya, yakni bekas bangunan C yang dahulunya menjadi tempat depot air minum isi ulang. Dan untuk menghindari kisruh, saat ini sudah diganti oleh rekanan, dan pekerjaan sudah sesuai kaidah,” tutupnya.
Berdasarkan informasi yang diterima Infosiak.com, anggaran untuk pekerjaan pemugaran/restorasi Istana Peraduan Siak itu berasal dari Corporate Social Responsibility (CSR) PT RAPP, yang konon biayanya mencapai sekitar Rp1,7 miliar.
Laporan: Miswanto/Tok
Editor: Afrijon