SIAK (Infosiak.com) – Terkait adanya group berbau maksiat di media sosial (Facebook, red) yang mengatasnamakan “Gay S & D” beberapa waktu lalu. Sejumlah pihak (warganet, red) mengaku dan meminta agar pemerintah setempat segera mengambil langkah-langkah.
Menanggapi adanya group berbau maksiat yang sempat viral di medsos tersebut, belum lama ini Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Siak menggelar rapat bersama sejumlah Ormas dan para tokoh agama. Dengan tujuan mencari solusi terbaik guna mengantisipasi menjalarnya penyakit masyarakat (Pekat) yang ditimbulkan dari keberadaan group maksiat “Gay S & D” tersebut.
“Iya, belum lama ini kita menggelar rapat sekaligus diskusi membahas langkah-langkah yang akan diambil terkait adanya group yang mengatasnamakan “Gay S & D” itu,” terang Ketua MUI Kabupaten Siak KH Sofwan Sholeh S.Hi, Ahad (07/10/2018) kepada Infosiak.com.
Menyinggup soal sikap MUI Kabupaten Siak terhadap adanya group maksiat di media sosial itu, MUI Kabupaten Siak saat ini masih menunggu instruksi ataupun arahan dari Bupati, karena kebijakan yang akan diambil oleh MUI Siak tergantung pada apa yang diamanatkan oleh orang nomor Satu di Kabupaten Siak tersebut.
“Dari rapat kemarin itu, hasil finalnya belum bisa kami simpulkan, karena apa yang sudah kami bahas dalam rapat kemarin, hasilnya kami sampaikan kepada Bupati. Dan saat ini kita masih menunggu apa arahan dari Bupati selanjutnya,” imbuh KH Sofwan.
Sebagai negeri agamis yang menjunjung tinggi nilai-nilai budaya dan syari’at Islam, masyarakat Kabupaten Siak sangat tidak setuju jika negeri ini dijadikan sebagai salahsatu tempat atau lokasi berkembangnya suatu praktek kemaksiatan oleh oknum/komunitas tertentu. Termasuk indikasi kemaksiatan yang berkemungkinan ditularkan oleh group “Gay S & D” yang ada di medsos tersebut.
Sebagaimana dikemukakan oleh anggota Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI Muda) Kabupaten Siak Miswanto, dirinya menyebutkan bahwasanya dalam hal mengantisipasi maupun mencegah berjangkitnya praktek kemaksiatan yang ditimbulkan oleh oknum-oknum pemuja Lesbian Gay Biseksual Transgender (LGBT) itu, harus ada peran serta dari masyarakat sekitar maupun pemerintah setempat.
“Praktek dan prilaku LGBT ini merupakan salahsatu penyakit yang memang harus disikapi secara serius oleh kita semua, baik oleh para orangtua, masyarakat, maupun pemerintah setempat. Jangan sampai penyakit LGBT ini berkembang biak di negeri kita, sekiranya ada segelintir oknum/komunitas yang berusaha mengembangkan praktek berbau maksiat ini, kita harapkan mereka bisa segera sadar dan bertaubat,” tutur Miswanto.
Laporan: Tok
Editor: Afrijon