EKONOMI (Infosiak.com) – Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) menemukan banyak petani sawit yang stres akibat harga harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit anjlok. Ketua Umum DPP Apkasindo Gulat Manurung mengatakan saat ini ada 80 petani sawit yang masuk daftar Biro Konsultasi Apkasindo.
Banyak di antaranya menghadapi tekanan akibat efek beruntun anjloknya harga TBS.
“Jadi petani sawit ternyata banyak yang stres dan melakukan aksi yang kadang-kadang tidak cocok, seperti menumbang pohon sawitnya dengan parang. Bagaimana mungkin menumbang pohon sawit dengan parang? Itu kan membutuhkan tenaga, tetapi itu bentuk dari stres itu,” kata Gulat Manurung, Rabu, 22 Juni 2022 lalu.
Gulat mengatakan kondisi ini diketahui saat rapat DPW Apkasindo seluruh Indonesia yang dihadiri 22 perwakilan provinsi. Apkasindo, tutur dia, menginventarisasi satu demi satu kondisi para petani di tiap provinsi dan mencatat tekanan psikologis yang dihadapi petani.
Bukan hanya petani sawit yang terdampak, anak-anak petani pun banyak mengajukan cuti kuliah. Sedangkan anak-anak SMA terpaksa berpikir ulang untuk mendaftar kuliah.
“Memang dahsyat sekali ini multiplayer efek anjloknya harga TBS ini. Kenapa seperti itu? Sebab sawit ini beda dengan batu bara yang dikerjakan pengusaha besar. 42 persen perkebunan sawit itu dikelola oleh rakyat,” tutur Gulat.
Anjloknya harga TBS kelapa sakti, kata dia, ini akan berpengaruh terhadp17 juta petani dan pekerja di sektor tersebut. Di sisi lain, dia heran penurunan TBS sawit berbanding terbalik dengan harga crude palm oil (CPO) dunia.
“Benar harga CPO dunia turun, tapi tidak seanjlok harga TBS di Indonesia,” ucapnya.
Ia membandingkan saat harga CPO Indonesia Rp 14 ribu per kilogram, harga CPO dunia Rp 20 ribu. Sedangkan kala harga CPO dunia bertengger di level Rp 20 ribu, harga TBS Indonesia malah anjlok menjadi Rp 9.600 per kilogram.
Gulat berujar, anjloknya harga TBS terjadi akibat beban dari CPO itu, termasuk bea keluar (BK) US$ 288, pungutan ekspor (PE) US$ 200, flush out (FO) US$ 200. Kemudian ditambah dengan kebijakan domestic market obligation (DMO) dan domestic price obligation (DPO).
“Jadi harga DPO minyak CPO itu kan Rp 10.600. Bagaimana mungkin harga DPO Rp 10.600 per kg sementara harga CPO-nya saja sudah Rp 9.600?” kata Gulat.
Gulat mengatakan Apkasindo telah membuka semacam biro konsultasi untuk memberikan bimbingan psikologi kepada para petani sawit yang depresi. Sejauh ini, biro konsultasi baru menerima konsultasi ringan dari para petani.
“Kami baru sekedar memberikan penyemangat. Ke depannya merancang agar biro konsultasi kami bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan,” katanya.
Harga TBS sepekan ini anjlok, bahkan ada yang menyentuh Rp 300 per kilogram. Misalnya, di Provinsi Riau. Kepala Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Dinas Perkebunan Pemerintah Provinsi Riau Defris Hatmaja mengatakan harga tandan buah segar atau harga TBS kelapa sawit turun untuk periode 22 sampai 28 Juni 2022.
Defris memaparkan penurunan harga terbesar terjadi untuk kelompok umur 10-20 tahun sebesar Rp 299,71 per kilogram atau mencapai 10,99 persen dari harga minggu lalu. “Sehingga, harga pembelian TBS petani untuk periode satu minggu ke depan turun menjadi Rp 2.426,99 per kilogram,” ujarnya, Selasa, 21 Juni 2022.
Hal senada disampaikan oleh Kelapa Bidang Perkebunan Dinas Pertanian Kabupaten Mukomuko, Bengkulu, Meri Marlina. Ia mengatakan harga pembelian TBS kelapa sawit di sejumlah pabrik minyak kelapa sawit per hari ini di daerahnya turun hingga Rp 250 per kilogram.
Ia menjelaskan penurunan harga TBS disebabkan oleh keterbatasan penjualan CPO dari daerah ini. “Harga TBS sawit pada hari ini (21 Juni 2022) turun di sejumlah pabrik minyak kelapa sawit di daerah ini berkisar Rp 80 hingga Rp 250 per kilogram,” katanya.
Laporan: Atok
Sumber: Tempo.co