JAKARTA (Infosiak.com) – Peristiwa kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) rupanya belum juga bisa teratasi. Di setiap tahunnya, di berbagai negara termasuk Indonesia mengalami kebakaran hutan. Beberapa di antaranya bahkan merupakan kejadian terparah yang pernah terjadi.
Faktor cuaca, hingga ulah oknum yang tidak bertanggung jawab pun menjadi penyebabnya. Peristiwa tersebut juga mengakibatkan dampak yang buruk, seperti pencemaran udara, menyebabkan penyakit pernapasan, hingga menyebabkan kerugian ekologi karena hutan yang terbakar.
Dilansir laman Akurat.co, berikut 4 peristiwa karhutla terparah yang pernah terjadi di Indonesia.
1. Tahun 1997
Pada tahun 1997 silam, karhutla terparah juga pernah melanda sejumlah wilayah Sumatera, Riau, dan juga Kalimantan. Peristiwa yang terjadi selama tujuh bulan yakni dari bulan Juli 1997 hingga Februari 1998 tersebut merupakan kejadian terparah sepanjang sejarah. Di mana asap akibat kebakaran tersebut dirasakan oleh negara-negara tetangga, seperti Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Thailand, Filipina, hingga sebagian negara di Australia.
Kebakaran yang menghanguskan sekitar 383.870 hektare hutan tersebut memakan banyak korban. Ribuan warga harus menjalani perawatan di rumah sakit karena menderia sesak napas. Ratusan warga bahkan harus kehilangan nyawa akibat kekurangan suplai makanan dan pengobatan terhenti akibat asap.
Tak hanya itu, kejadian tersebut juga mengakibatkan sebuah pesawat milik maskapai penerbangan Garuda Indonesia jatuh pada September 1997. Di mana pesawat Garuda berjenis Airbus 300, dengan kode penerbangan GA 152, yang mengangkut penumpang serta kru pesawat berjumlah 234 orang tersebut jatuh di ladang milik warga Desa Buah Nabar, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara. Peristiwa tersebut bahkan menewaskan seluruh penumpang dan kru pesawat Garuda.
2. Tahun 2013
Kebakaran hutan terparah lainnya juga pernah terjadi di tahun 2013. Di mana peristiwa yang setrjadi hampir lebih dari satu bulan lamanya tersebut menyebabkan bencana kabut asap di Asia Tenggara. Tak hanya itu, angka pencemaran udara pun juga berada di atas tingkat konsentrasi yakni 800 hingga mencapai 900 polutan standard indeks (PSI).
Upaya pemadaman api pun dilakukan cukup lama. Pasalnya, sebagian besar lahan yang terbakar merupakan lahan gambut dengan kedalaman mencapai lima meter. Sehingga sangat menyulitkan para petugas. Berbagai cara pun akhirnya dilakukan, termasuk dengan cara waterbombing hingga memodifikasi cuaca.
3. Tahun 2015
Di tahun 2015, Indonesia kembali mengalami kebakaran hutan di wilayah Sumatera, Riau, dan Kalimantan. Peristiwa yang terjadi sejak bulan Juni hingga Oktober 2015 tersebut juga termasuk kejadian karhutla terparah. Di mana tercatat sebanyak 28 juta jiwa terdampak, 19 orang meninggal, serta hampir 500 ribu orang mengalami gangguan pernapasan yakni mengalami infeksi saluran pernapasan atau ISPA.
Berbagai upaya untuk memadamkan api pun sudah dilakukan oleh pemerintah. Seperti pemadaman darat, membuat hujan buatan, hingga waterbombing lewat udara. Selain di Indonesia, asap dari karhutla tersebut juga dirasakan hingga ke negara tetangga, seperti Malaysia, Singapura, dan juga Brunei Darussalam.
4. Tahun 2019
Sebanyak enam provinsi di Indonesia mengalami karhutla di tahun 2019. Di antaranya adalah Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Riau, Jambi, dan Sumatera Selatan. Kejadian tersebut juga merupakan yang terparah. Karena, menyebabkan sejumlah aktivitas masyarakat lumpuh, sekolah diliburkan, bahkan sejumlah penerbangan pun terpakasa tertunda. Selain itu, Indeks Standar Pencemar Pencemar Udara (ISPU) di beberapa wilayah bahkan mencapai level berbahaya.
Berdasarkan data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), kebakaran hutan yang melanda sejumlah wilayah Indonesia di tahun 2019 mencapai 328.722 hektare. Tak hanya merugikan masyarakat, karhutla juga mengakibatkan Indonesia mengalami kerugian ekologi, yakni hilangnya habitat tempat keanekaragaman hayati flora dan fauna pada daerah yang terbakar.
Sumber : Akurat
Editor : Afrijon