SIAK (Infosiak.com) – Sejak sekitar Dua bulan terakhir ini, harga Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit di tingkat petani tak kunjung ada tanda-tanda kenaikan. Bahkan dalam setiap pekan, harga TBS sawit di wilayah Kabupaten Siak justeru terus mengalami penurunan. Dan pada periode awal Oktober 2018 ini, harga TBS sawit di tingkat petani hanya berkisar antara Rp900 hingga Rp800 per kilogramnya.
Tak hanya itu, yang lebih menyedihkan lagi bagi para petani sawit, di tengah kian anjloknya harga TBS sawit tersebut, justeru harga kebutuhan pupuk di pasaran malah mengalami kenaikan. Sehingga petani nyaris tidak mampu lagi membeli pupuk untuk meningkatkan hasil perkebunan sawitnya.
Sebagaimana dikeluhkan oleh Iwan (40), salah seorang petani sawit yang tinggal di Kecamatan Dayun Kabupaten Siak Riau, ia mengaku sudah tidak sanggup lagi untuk membeli pupuk dengan jumlah seperti biasanya, hal itu disebabkan karena hasil panen sawit tidak seimbang dengan biaya pembelian pupuk yang mesti harus dipenuhi.
“Sebelum harga TBS melorot, kami masih sanggup membeli pupuk pada setiap per Tiga bulan sekali. Tapi saat ini jangankan untuk beli pupuk per Tiga bulan, untuk biaya perawatan dan upah panen saja sudah hampir gak tercukupi,” ujar Iwan, Selasa (02/10/2018) siang, kepada Infosiak.com.
Berdasarkan informasi yang beredar di sejumlah media, merosotnya harga TBS sawit tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah karena alasan stok TBS yang saat ini tengah melimpah di pabrik, dan ada juga alasan yang menyebutkan penyebab penurunan harga TBS sawit ini karena dipengaruhi oleh penurunan harga jual CPO dan kernel dari hampir seluruh perusahaan sumber data.
Apapun alasannya, petani sangat berharap pemerintah bisa segera mencarikan solusi agar harga TBS bisa stabil. Karena hampir 60 Persen petani di wilayah Riau (khususnya di Siak, red) menggantungkan hidupnya dari hasil perkebunan sawit.
“Kita sangat berharap pemerintah bisa segera mencarikan solusi untuk menstabilkan harga TBS ini. Jika pemerintah tak mampu menstabilkan harga TBS, sama juga artinya pemerintah gagal dalam mensejahterakan petani,” lanjutnya.
Laporan: Miswanto/Tok
Editor: Afrijon