JAKARTA (Infosiak.com) – Saat musim hujan tiba, nyamuk-nyamuk Aedes aegypti atau nyamuk demam berdarah (DBD) mulai berdatangan ke rumah-rumah.
Nyamuk DBD akan bersembunyi di tumpukan baju yang menggantung, tempat-tempat yang lembap dan berair, untuk selanjutnya akan bertelur di genangan air. Ciri-ciri nyamuk ini seperti tubuh berwarna belang hitam putih.
Gigitan nyamuk DBD tak terasa oleh manusia. Namun efeknya sangat berbahaya. Salah satunya penurunan tekanan darah yang menyebabkan kematian.
Saat ini, wabah penyakit demam berdarah dengue (DBD) terjadi pada seluruh provinsi di Indonesia menelan banyak korban usia anak.
Direktur Jenderal Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Anung Sugihanton mengatakan, hampir 90% korban DBD anak terjadi pada usia di bawah 15.
“Kita membagi di atas 15 tahun dan di bawah 15 tahun. Sampai dengan kemarin (Minggu) hampir 90% terjadi pada anak di bawah 15 tahun. Komposisi terbanyak anak usia 5 sampai 9,” kata Anung di Gedung Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, HR Rasuna Said, Kuningan, seperti dikutip dari Kompas.com
Pada kesempatan itu, Anung membagikan tips untuk para orangtua guna mencegah terjadinya DBD di lingkungan sekitar.
Menurut Anung, perilaku hidup bersih dan sehat tetap yang paling utama. Selain itu tentu saja memastikan tidak ada jentik nyamuk di lingkungan rumah.
“Harus menghindari gigitan nyamuk dengan berbagai upaya, tidur dengan kelambu adalah salah satu upayanya. Kemudian, mengusir nyamuk dengan tanaman tradisional. Paling penting adalah tetap menjaga anak,” kata Anung.
Nyamuk betina Aedes aegypti yang membawa virus dengue menggigit di pagi dan sore hari. Oleh karenanya, orangtua harus memastikan anak-anak terhindar dari gigitan nyamuk.
Salah satunya, mengolesi anak dengan krim antinyamuk setelah mandi di pagi dan sore hari.
Pakaian yang menggantung di belakang pintu kamar sebaiknya dikeluarkan setiap pagi untuk dijemur.
Ada satu hal yang menarik tentang pola gigitan nyamuk yang perlu diketahui orangtua. Anung menjelaskan, nyamuk biasanya senang menggigit di hari Senin.
Anung memberi alasan, berhubung tidak ada aktivitas di hari Sabtu dan Minggu,, banyak genangan air di tempat-tempat tersebut yang bisa menjadi tempat hidup jentik-jentik nyamuk.
Ketika Sabtu-Minggu masih berupa jentik, di Senin sudah berubah menjadi nyamuk dewasa yang siap menggigit.
“Itu harus hati-hati. Karena pada dasarnya di situ seringkali nyamuk bisa kita temukan dalam jumlah banyak. Termasuk jentik-jentiknya yang sudah cukup banyak, yang bisa berubah dewasa,” kata Anung menekankan.
Maka itu, Anung juga mengingatkan agar orangtua memastikan lingkungan di sekitar tempat tinggal dan sekolah bebas jentik nyamuk. Serta pada hari Senin menghindari tempat-tempat yang tidak digunakan pada Sabtu dan Minggu.
Sumber : Grid
Editor : Afrijon