PEKANBARU (Infosiak.com) – Dinas Enegeri dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Riau mencatat terjadinya penurunan produksi minyak bumi yang dilakukan oleh Badan Operasi Bersama (BOP) PT Bumi Siak Pusako (BSP) dan Pertamina Hulu Energi (PHE).
Bahkan trend penuruna produksi dan liftingminya Blok Coastal Plan and Pekanbaru atau Blok CPP ini terjadi dalam tiga tahun terakhir.
Kepala Dinas ESDM Riau, Indra Agus Lukman, Minggu (21/7/2019) mengatakan, turunnya produksi dan lifting atau produksi siap jual minyak bumi selama tiga tahun terakhir ini terjadi akibat dari kondisi alam.
Dimana kata Indra, ladang minyak yang saat ini diproduksi oleh BOB PSP dan PHE merupakan ladang minyak yang usianya sudah tua. Sehingga tingkat produksinya juga terus menurun.
“Untuk meningkatkan produksi membutuhkan sumur pengembangan lapangan minyak. Jika ada pengembangan tentu butuh investasi. Biasanya dalam kondisi seperti ini perusahaan migas kalau belum diperpanjang belum ada investasi. Makanya tiga tahun terakhir pasti produksi menurun karena menunggu kebijakan pemerintah pusat apakah kontraknya diperpanjang atau tidak,” katanya.
Indra mengungkapkan, saat ini PT BSP dan PHE masih beroperasi sampai masa kontrak berakhir pada tahun 2022. Sebab di tahun 2021 Pertamina akan fokus mengelola minyak di Blok Rokan.
“BSP belum beroperasi sendiri, sekarang masih dengan PHE nanti tahun 2022 baru berdiri sendiri. Jadi sekarang masih masa transisi,” katanya.
Indra mengklaim BSP memiliki kemampuan mengelola ladang minyak sendiri untuk mengelola ladang minyak CPP Blok jika nanti ditinggal PHE.
Bahkan menurutnya, secara teknis dan teknologi BSP dinilai sudah siap karena BSP telah mendapat sertifikat platinum.
“Teman-teman BSP sudah siap. Artinya dari segi SDM tidak masalah, tinggal ke depan dengan sisa cadangan minyak yang ada kita harapkan di tangan BSP produksi minyak tak menurun. Saya kira teman-teman BSP sudah siapkan itu semua untuk mengantisipasi agar produksi tetap stabil. Sekarang tinggal kepercayaan saja karena mengelola ladang minyak ini butuh kepercayaan. Baik itu kepercayaan dari pemerintah, masyarakat dan pemegang modal,” ujarnya.
Sementara terkait pembiayaan mengingat produksi minyak merupakan bisnis padat modal, Indra menyatakan jika BSP sudah berpengalaman dari sisi teknis. Sehingga bisa melakukan efisiensi anggaran untuk mengelola ladang minyak di Riau.
“Itu sudah dikaji, mereka akan menggunakan sistem apa, dan teknologi apa, sehingga mana yang lebih efesien itu yang akan digunakan untuk mengelola lapangan minyak. Secara teknis dan teknologi mereka sudah paham itu,” katanya.
Berdasarkan data dari Dinas ESDM Riau, pada tahun 2016 lalu produksi BOB mencapai 12.111 barel per hari atau Barel Oil Per Day (BOPD).
Namun tahun 2017 produksi turun jadi 10.849 BOPD. Kemudian di tahun 2018 turun lagi menjadi produksi 10.590 bare per hari atau BOPD. Sedangkan tahun 2019 pada triwulan I produksi 8.480 BOPD.
Sumber : Tribunnews
Editor : Afrijon