Beranda Islami Kisah Nabi Syam’un Alias Samson, dan Keistimewaan Malam 1000 Bulan (Lailatul Qadar)

Kisah Nabi Syam’un Alias Samson, dan Keistimewaan Malam 1000 Bulan (Lailatul Qadar)

519

RELIGI (Infosiak.com) – Pada bulan suci Ramadhan, terdapat Satu malam yang memiliki keutamaan lebik baik dari 1000 (Seribu) bulan. Malam tersebut adalah malam Lailatul Qadar, sebagaimana firman Allah  SWT yang dijelaskan dalam kitab suci Al Quran yang berbunyi:

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ، وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ, لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ، تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ، سَلَامٌ هِيَ حَتَّىٰ مَطْلَعِ الْفَجْرِ

“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Quran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.” (QS. Al Qadr: ayat 1 – 5).

Kisah Nabi Syam’un AS dan Lailatul Qadar:

Sejarah turunnya malam kemuliaan (Lailatul Qadar) tidak terlepas dari kisah Nabiyullah yang bernama Syam’un Al Ghazi AS. Dalam riwayat disebutkan bahwa Nabi Syam’un alias Samson adalah nabi yang berjuang menegakkan ajaran tauhid di tengah kaum Bani Israil.

Dalam kitab Muqasyafatul Qulub karya Imam Al Ghazali, dan kitab Qishashul Anbiya karya Ibnu Katsir, dikisahkan bahwasanya pada suatu malam di bulan Suci Ramadhan, Rasulullah SAW berkumpul dengan para sahabat, lalu Rasulullah SAW bercerita tentang kisah Nabi Syam’un Al Ghazi AS yang berjuang di jalan Allah SWT selama Seribu bulan.

Nabi Muhammad SAW menceritakan tentang seorang nabi yang hidup di zaman Romawi yang bernama Syam’un Al Ghazi AS. Nabi Syam’un Al Ghazi AS adalah nabi dari kalangan Bani Israil, yang juga merupakan hakim ketiga terakhir pada zaman Israel kuno.

Nabi Syam’un Al-Ghazi AS memiliki beberapa nama, dalam bahasa Arab (versi Islam) ia dikenal dengan nama Syamsyawn atau Syam’un. Dalam bahasa Ibrani ia disebut Simson. Dalam bahasa Tiberias ia disebut Shimshon, dan dalam Alkitab Nasrani ia disebut Samson.

Baca Juga:  Kisah Nabi Uzair, Hidup Kembali Setelah Wafat Selama 100 Tahun

Nabi Syam’un Al Ghazi AS adalah nabi yang memiliki (mu’jizat) berupa kekuatan yang sangat luar biasa, ia mampu melunakkan besi dan merobohkan istana raja kafir. Sosok Nabi Syam’un bertubuh besar dan berambut panjang.

Nama Syam’un sendiri artinya “yang berasal dari matahari”, sedangkan Al-Ghazi, artinya “yang berasal dari Ghazi” (Ghaza, Palestina sekarang).

Saat berkumpul bersama para sahabat di bulan suci Ramadhan, Nabi Muhammad SAW terlihat tersenyum sendiri, lalu ditanya oleh para sahabatnya.

“Apa yang membuatmu tersenyum wahai Rasulullah”?.

Rasulullah SAW menjawab:
“Diperlihatkan kepadaku di hari akhir, ketika seluruh manusia dikumpulkan di padang Mah’syar, ada seorang nabi yang membawa pedang dan tidak mempunyai pengikut satupun masuk ke dalam surga, dia adalah Nabi Syam’un”.

Di penghujung ceritanya bersama para sahabat, Rasulullah SAW terlihat termenung dan bersedih karena mengenang perjuangan dan pengorbanan Nabi Syam’un yang begitu luar biasa demi menegakkan ajaran tauhid selama Seribu bulan tanpa henti.

Saat Rasulullah SAW termenung, Allah SWT menurunkan wahyu (Surah Al Qadr) yang menjelaskan tentang malam Lailatul Qadar yang memiliki derajat kemuliaan sama dengan beribadah selama Seribu bulan.

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ، وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ, لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ، تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ، سَلَامٌ هِيَ حَتَّىٰ مَطْلَعِ الْفَجْرِ

“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Quran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.” (QS. Al Qadr: ayat 1 – 5).

Baca Juga:  Rabu Dini Hari, JCH Kabupaten Siak Bertolak ke Tanah Suci

Ibnu Katsir juga menyebutkan, kisah Nabi Syam’un atau Samson juga tertuang di dalam Al Quran surat Al Baqarah ayat 246. Ayat ini menggambarkan tentang prilaku umat Bani Israil yang kerap berdusta dan mengingkari seruan para nabi.

Allah SWT berfirman:

اَلَمۡ تَرَ اِلَى الۡمَلَاِ مِنۡۢ بَنِىۡٓ اِسۡرَآءِيۡلَ مِنۡۢ بَعۡدِ مُوۡسٰى‌ۘ اِذۡ قَالُوۡا لِنَبِىٍّ لَّهُمُ ابۡعَثۡ لَنَا مَلِکًا نُّقَاتِلۡ فِىۡ سَبِيۡلِ اللّٰهِ‌ؕ قَالَ هَلۡ عَسَيۡتُمۡ اِنۡ کُتِبَ عَلَيۡکُمُ الۡقِتَالُ اَلَّا تُقَاتِلُوۡا ؕ قَالُوۡا وَمَا لَنَآ اَلَّا نُقَاتِلَ فِىۡ سَبِيۡلِ اللّٰهِ وَقَدۡ اُخۡرِجۡنَا مِنۡ دِيَارِنَا وَاَبۡنَآٮِٕنَا ‌ؕ فَلَمَّا کُتِبَ عَلَيۡهِمُ الۡقِتَالُ تَوَلَّوۡا اِلَّا قَلِيۡلًا مِّنۡهُمۡ‌ؕ وَاللّٰهُ عَلِيۡمٌۢ بِالظّٰلِمِيۡنَ

“Artinya: Apakah kalian tidak memperhatikan pemuka-pemuka Bani Israil sesudah Nabi Musa, yaitu ketika mereka berkata kepada seorang nabi mereka, “Angkatlah untuk kami seorang raja supaya kami berperang (di bawah pimpinannya) di jalan Allah.”

“Nabi mereka menjawab, “Mungkin sekali jika kalian nanti diwajibkan berperang, kalian tidak akan berperang.” Mereka menjawab, “Mengapa kami tidak mau berperang di jalan Allah, padahal sesungguhnya kami telah diusir dari kampung halaman kami dan dari anak-anak kami?” Maka tatkala perang itu diwajibkan atas mereka, mereka pun berpaling, kecuali beberapa orang saja di antara mereka. Dan Allah Maha Mengetahui siapa orang-orang yang zalim. (QS Al Baqarah : ayat 246).

Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengutip As-Saddi mengatakan bahwa nabi yang dimaksud dalam ayat Surah Al Baqarah itu adalah Nabi Syam’un Al Ghazi AS alias Samson. Meskipun dalam ayat itu tidak disebutkan secara spesifik nama Syam’un Al Ghazi.

Baca Juga:  Gus Yahya Terpilih Sebagai Ketua Umum PBNU

Syaikh Wahb ibnu Munabbih dan lain-lainnya juga mengatakan, pada mulanya kaum Bani Israil sesudah wafatnya Nabi Musa AS mereka masih berada dalam jalan yang lurus selama Satu kurun waktu.

Namun, berselang beberapa tahun kemudian mereka membuat-buat hal yang baru dan sebagian di antara mereka ada yang menyembah berhala. Sehingga Allah SWT mengutus nabi Syam’un Al Ghazi AS kepada umat Bani Israil untuk menyeru agar mereka kembali kepada ajaran Taurat yang dibawa oleh Nabi Musa AS.

KESIMPULAN:
Dalam riwayat disebutkan, malam kemuliaan (Lailatul Qadar) turun pada bulan suci Ramadhan. Meski demikian, para ‘ulama berbeda pendapat tentang waktu pasti turunnya malam Lailatul Qadar itu. Ada yang berpendapat bahwa Lailatul Qadar turun pada malam 17 Ramadhan, ada juga yang berpendapat pada malam ganjil (di atas malam ke 20 terakhir Ramadhan).

Oleh sebab itu, pada malam-malam menjelang berakhirnya bulan Suci Ramadhan, umat muslim dianjurkan untuk memperbanyak ibadah seperti shalat malam, berdzikir, membaca Al Quran, dan lain sebagianya. Dengan harapan semoga mereka yang melaksanakan ibadah tersebut bisa mendapatkan malam Lailatul Qadar.

Dalam sebuah riwayat disebutkan, sahabat pernah bertanya kepada Rasulullah SAW tentang bagaimana caranya agar bisa berbuat ‘amal kebaikan seperti yang dilakukan oleh Nabi Syam’un?”.

Atas pertanyaan sahabat itu, malaikat Jibril pun datang dan memberi tahu Rasulullah SAW, bahwasanya umat beliaupun nantinya juga bisa mendapatkan pahala ibadah Seribu bulan sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi Syam’un Al Ghazi AS, yakni bagi mereka (umat Islam) yang mendapatkan malam Lailatul Qadar di bulan Ramadhan.
(Wallahu a’lamu bishshowab).

Penulis: Atok
Dikutip dari berbagai sumber

loading...