RIAU (Infosiak.com) – Harga minyak kelapa sawit (CPO) dan kernel mengalami perubahan harga pada pekan ini di beberapa perusahaan di Indonesia.
“Pasar minyak sawit terus mengalami fluktuasi, dengan beberapa produsen mengalami penurunan harga, sementara yang lain mengalami kenaikan atau tetap stabil,” kata Kepala Bidang (Kabid) Pengolahan dan Pemasaran, Dinas Perkebunan (Disbun) Provinsi Riau, Defris Hatmaja di Pekanbaru, Selasa (13/06/2023).
Menurut data terkini, PTPN V Sei Buatan dan PTPN V Sei Tapung saat ini menjual CPO dengan harga Rp 9.868,67/Kg, mengalami penurunan sebesar Rp 266,33/Kg dari harga minggu lalu. Demikian pula, PT. Buana Wiralestari Mas dan PT. Ramajaya Pramukti juga mengalami penurunan harga yang signifikan, menjual CPO dengan harga Rp 9.735/Kg, turun sebesar Rp 285/Kg dari harga minggu lalu.
Sementara itu, PT. Meganusa Intisawit menjual CPO dengan harga Rp 9.431/Kg, mengalami penurunan harga sebesar Rp 288/Kg dari harga minggu lalu. Namun, PT. Eka Dura Indonesia mengalami kenaikan harga, menjual CPO dengan harga Rp 9.800/Kg, naik sebesar Rp 208/Kg dari harga minggu sebelumnya.
Selain itu, PT. Kimia Tirta Utama dan PT. Sari Lembah Subur juga mengalami penurunan harga CPO. PT. Kimia Tirta Utama menjual CPO dengan harga Rp 9.830/Kg, turun sebesar Rp 190/Kg, sedangkan PT. Sari Lembah Subur menjual CPO dengan harga Rp 9.830/Kg, turun sebesar Rp 305/Kg dari harga minggu lalu.
Namun, PT. Inti Indosawit Subur PMKS Ukui Satu (PUS) dan PT. Inti Indosawit Subur PMKS Ukui Dua (PUD) mengalami penurunan yang lebih drastis dalam harga jual CPO. PT. Inti Indosawit Subur PMKS Ukui Satu (PUS) menjual CPO dengan harga Rp 8.890/Kg, mengalami penurunan sebesar Rp 490/Kg dari harga minggu sebelumnya. Demikian pula, PT. Inti Indosawit Subur PMKS Ukui Dua (PUD) menjual CPO dengan harga Rp 8.890/Kg, turun sebesar Rp 490/Kg.
PT. Inti Indosawit Subur juga mengalami penurunan harga jual CPO pada PMKS Buatan Satu (PBS) dan PMKS Buatan Dua (PBD). PT. Inti Indosawit Subur PMKS Buatan Satu (PBS) menjual CPO dengan harga Rp 8.761/Kg, mengalami penurunan sebesar Rp 229/Kg dari harga minggu lalu. Sementara itu, PT. Inti Indosawit Subur PMKS Buatan Dua (PBD) menjual CPO dengan harga Rp 8.848/Kg, dari harga CPO sebelumnya sebesar Rp 522/Kg dari harga minggu sebelumnya.
Di sisi lain, harga jual kernel juga mengalami perubahan pada pekan ini. PT. Buana Wiralestari Mas menjual kernel dengan harga Rp 4.911/Kg, sedangkan PT. Meganusa Intisawit menjualnya dengan harga Rp 4.691/Kg. Kedua perusahaan tersebut mengalami penurunan harga dari minggu sebelumnya.
PT. Eka Dura Indonesia juga mengalami penurunan harga kernel, menjualnya dengan harga Rp 4.932/Kg, turun sebesar Rp 352/Kg. Hal serupa terjadi pada PT. Kimia Tirta Utama yang menjual kernel dengan harga Rp 4.932/Kg, mengalami penurunan sebesar Rp 223/Kg dari harga minggu lalu.
Namun, PT. Sari Lembah Subur mengalami kenaikan harga jual kernel, menjualnya dengan harga Rp 5.126/Kg, naik sebesar Rp 10/Kg dari harga minggu sebelumnya.
Perlu dicatat bahwa pada pekan ini, PTPN V Sei Buatan, PTPN V Sei Tapung, PT. Ramajaya Pramukti, PT. Inti Indosawit Subur PMKS Ukui Satu (PUS), PT. Inti Indosawit Subur PMKS Ukui Dua (PUD), PT. Inti Indosawit Subur PMKS Buatan Satu (PBS), PT. Inti Indosawit Subur PMKS Buatan Dua (PBD), PT. Musim Mas Pangkalan Lesung Palm Oil Mill tidak melakukan penjualan CPO maupun kernel.
“Fluktuasi harga CPO dan kernel merupakan hal yang umum terjadi di pasar minyak sawit, dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti permintaan dan pasokan global, perubahan kebijakan perdagangan, serta faktor-faktor ekonomi dan politik lainnya,” jelasnya.
“Para pelaku industri perlu memantau perubahan harga dengan cermat untuk mengambil keputusan yang tepat dalam bisnis minyak kelapa sawit,” tutupnya.
Penyebab Utama Turunnya Harga TBS Sawit Dipengaruhi Sentimen Negatif UU Deforestasi Uni Eropa:
Sementara itu Kepala Divisi Perusahaan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) Achmad Maulizal Sutawijaya mengatakan, saat ini produktivitas dari minyak kelapa sawit sebagai minyak nabati masih belum bisa tergantikan oleh minyak nabati dari jenis tanaman lainnya, seperti minyak bunga matahari, minyak kedelai, hingga minyak jagung.
“Saat ini produktivitas sawit sebagai minyak nabati belum bisa digantikan oleh minyak nabati dari jenis tanaman lain. Termasuk rapeseed, soybean, bunga matahari dan lainya yang merupakan produk unggulan petani Eropa,” ujarnya kepada CNBC Indonesia.
Achmad menjelaskan bahwa ketahanan pangan merupakan isu global saat ini, di mana Organisasi Pangan dan Pertanian (Food and Agriculture Organisation atau FAO) melaporkan lebih dari 815 juta orang mengalami kekurangan gizi kronis.
Achmad mengklaim, minyak kelapa sawit sebagai komoditas yang memiliki tujuan pembangunan berkelanjutan PBB (SDGs) telah memainkan peran penting dalam menyediakan sumber pangan dunia, baik secara langsung maupun tidak langsung.
“Dan itu akan terus berperan penting dalam menghadapi tantangan ini (isu ketahanan pangan global),” kata Achmad.
Hal itu juga yang mendasari Uni Eropa (UE), lanjutnya, kebakaran jenggot hingga menerbitkan Undang Undang (UU) Deforestasi untuk menjaga pasar produknya, utamanya produk minyak nabati milik Eropa.
Untuk itu, Achmad berharap Indonesia dapat lebih giat dan intens dalam melakukan promosi sosialisasi dan advokasi sawit di dalam maupun di luar negeri.
“Untuk menjaga pasar produknya, Eropa melakukan langkah-langkah yang terlihat menyerang Kelapa Sawit. Padahal ini intinya adalah persaingan dagang semata,” tukasnya.
Infosiak.com
Dikutip dari beberapa sumber