Beranda Pendidikan Tanpa Belajar di Pondok Tahfiz, Dara asal Perawang Juara 1 MTQMN di...

Tanpa Belajar di Pondok Tahfiz, Dara asal Perawang Juara 1 MTQMN di Unsyiah Aceh

1002
Print Friendly, PDF & Email

SIAK (Infosiak.com) – Dara asal Perawang Kecamatan Tualang Kabupaten Siak, Riau atas nama Rizki Indah Lestari keluar sebagai Juara 1 pada ajang Musabaqah Tilawatil Quran Mahasiswa Nasional (MTQMN) Ke-16 di Kampus Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) pada Cabang Hifzhil Qur’an.

Hasilnya, sebagaimana direlease dalam laman unsyiah.ac.id, Universitas Negeri Malang meraih nilai tertinggi dan ditetapkan sebagai juara umum.

Bagi mereka, ini adalah gelar juara umum keempat kali secara berturut-turut. Sementara tuan rumah berada di peringkat ketujuh. Kendati demikian, Unsyiah pantas berbangga hati. Sebab, Unsyiah dinilai berhasil menjadi tuan rumah yang baik even dengan total peserta 1.931 orang dari 179 perguruan tinggi negeri dan swasta di seluruh Indonesia tersebut.

Sebelumnya, pada tahun lalu, Dara asal Tualang ini bisa mendulang banyak prestasi di bidang Hifzil Quran. November 2018 lalu, ia keluar sebagai juara II Hifzil Quran 10 juz 2018, MHQ Darunnajah Se-ASEAN, di Jakarta.

Rizki Indah Lestari (21) adalah anak dari pasangan H. Sumiran dan Hj. Nuraisyah yang tinggal di Perawang, kecamatan Tualang, kabupaten Siak.

Saat ini ia sedang menempuh pendidikan Bimbingan Konseling (BK) di FKIP Unri. Pengalamannya dalam menghafal Alquran cukup unik. Tanpa belajar di pondok tahfiz, namun bisa bersaing dengan hafizah lainnya di ASEAN.

“Awalnya hanya karena mendengarkan kaset, yang sering diputar oleh orangtua ketika di rumah atau lagi dalam perjalanan,” kata perempuan murah senyum itu, Jumat (23/11/2018).

Dengan bekal otodidak seperti itu, Indah tidak menyadari jika dirinya sudah hafal 1 juz, yaitu juz 30. Indah sangat gembira bisa menghafal juz 30 tersebut. Sebelumnya tidak terbayang pencapaiannya untuk tahap awal bisa sehebat itu. Selain orangtuanya yang terus mendukung, ia juga ditantang kakaknya Ratih Widyastuti.

“Kami berlomba -lomba berdua, siapa yang paling cepat. Jadi saya termotivasi sama kakak saya,” urai dia.

Waktu itu, kata Indah, mereka mendengarkan irama Syeikh Mishary Rasyid Al-Afasi. Lambat laun keduanya bisa melantunkan ayat-ayat Alquran dengan irama tersebut. Indah merasakan ada keajaiban yang tiba-tiba membuat dirinya bisa cepat menghafal Alquran dengan irama yang bagus. Semuanya hanya dilatihnya di rumahnya sendiri, tanpa harus mondok.

Dalam menghafal Alquran, Indah selalu membawanya dalam shalat. Tiba suatu waktu, ada perlombaan MTQ di tingkat kelurahan. Kemudian ia diikutkan sebagai perwakilan dari mesjid di tempat tinggalnya di Perawang.

“Alhamdulillah, waktu itu saya mendapatkan juara I. Ini prestasi pertama saya, yang membuat saya terus termotivasi,” tambah Indah.

Setelah berhasil meraih juara I di tingkat kelurahan, nama Indah mulai dikenal di tingkat kecamatan. Kemudian ia diikutkan kembali untuk lomba ditingkat kabupaten Siak. Ternyata Indah kembali meraih juara I yang membuat dirinya mewakili Siak untuk MTQ tingkat provinsi.

“Pada tahap ini rasanya senang sekali. Saya tidak pernah menyangka sebelumnya Bang. Orangtua saya sangat support dan selalu mendampingi saya,” kata dara berkaca mata itu.

Baca Juga:  Hasil Evaluasi KPK, Disdik Riau Keluarkan Surat Edaran Sekolah Dilarang Minta Uang kepada Siswa

Tidak berhenti sampai di situ, Indah masuk ke dalam kafilah provinsi Riau menghadapi MTQ Nasional di Bengkulu, 2010 silam. Indah tetap diandalkan pada bidang lomba Musabaqah Hifzil Quran (MHQ). Segala persiapan dilaksanakan sebelum menuju MTQ Bengkulu.

“Rasanya sudah semaksimal mungkin. Tapi belum berhasil,” kata dia.

Kendati demikian, Indah tak patah arang. Momen MTQ Nasional itu menjadi pemandangan luas bagi dirinya. Para pesaing yang hebat-hebat, serta memiliki bacaan yang bagus.

“Saya melihat betapa luasnya dunia ini. Juara I di provinsi belum berarti apa -apa kalau tidak meningkatkan kualitas bacaan, hafalan dan iramanya,” kata dia.

Sepulang dari MTQ Nasional di Bengkulu, Indah lebih banyak menghabiskan waktunya menghafal Alquran. Sampai ia tembus ke 5 juz dan sampai hafalan pada tingkat 10 juz.

“Saya termotivasi untuk terus menambah hafalan dan semangat dalam memperbaiki bacaan agar lebih baik lagi. Alhamdulillah sampai saat ini hafalan yang sudah saya miliki 18 juz,” kata dia.

Saat ini, Indah tengah berjuang menuntaskan hafalannya ke 30 juz. Ia mohon doa dan dukungan menjadi salah satu generasi muda yang hafal quran 30 jus. Untuk hafalan 10 juz, Indah sudah memulainya sejak 2012 lalu. Sebab, pada tangkai lomba hifzil quran, ada cabang 10 juz.

“Awal-awal saya mengikuti cabang ini, saya belum bisa berhasil karena hafalan saya belum lancar. Tetapi seiring berjalannya waktu, diiringi usaha dan doa akhirnya saya bisa menguatkan hafalan saya,” urai dia.

Untuk gelanggang 10 juz, Indah memulainya pada MTQ Provinsi Riau di Kota Dumai, 2017 lalu. Wal hasil, Indah keluar sebagai juara I. Akhirnya dia kembali masuk kafilah provinsi Riau untuk MTQ Nasional di Medan, 2018. Kafilah Riau cukup membanggakan, karena salah satu qariahnya, Rizki Indah Lestari berhasil menyabet juara II.

“Proses pencapaian ini tidak dengan cara yang instan. Saya harus fokus latihan demi latihan,” kata dia.

Sebelum mengikuti MTQ Nasional di Medan, pihak LPTQ Provinsi Riau, dan Kesra Riau memberikan pelatihan selama 2 bulan full untuk persiapan menuju arena. Pemerintah mendatangkan pelatih-pelatih baik dari tingkat internasional, nasional maupun pelatih provinsi. Di antaranya bapak Prof. Dr. Haji Said Agil Husin Al Munawar, MA, Hj.Maria Ulfah, MA, Prof. Dr. H. Hamdani Anwar, M.A dan lain-lain.

“Dengan didatangkannya pelatih-pelatih dari pusat, Alhamdulillah banyak mendapatkan ilmu dalam memperbaiki bacaan agar lebih baik lagi. Beliau memberikan banyak motivasi bahwa Al-Qur’an bisa memudahkan segala urusan kita baik di dunia maupun di akhirat,” kata Indah.

Pada 4-5 Agustus 2018, dilaksanakan seleksi antar regional (Riau-Kepri) untuk perhelatan MHQ Darunnajah di kota Dumai. Hebatnya, justru Indah yang mewakili atas nama Rumah Tahfidz Al-Aliim Siak. Perlombaan ini diadakan antar pondok pesantren dan lembaga rumah tahfidz.

Baca Juga:  Berbahaya, Belasan Siswa SMPN 4 Tualang Bermain di Atas Jembatan Pada Jam Sekolah

“Padahal, saya tidak pernah belajar di rumah tahfidz. Saya menghafal hanya dirumah saja. Dan saya juga bukan berlatar belakang keluarga yang penghafal al-qur’an. Tetapi orang tua sangat mendukung agar anaknya bisa menjadi penghafal al-qur’an,” kata Indah.

Setelah dilaksanakannya seleksi antar regional Riau-Kepri, ternyata Indah keluar sebagai juara I Hifzil Quran golongan 10 juz putri.Lalu dilanjutkan di tingkat nasional dan ASEAN pada tanggal 10-12 November 2018. Pada 10 November atau hari pertama perlombaan, seluruh peserta yang berasal dari Indonesia diseleksi terlebih dahulu. Dewan hakim menentukan 5 terbaik untuk mewakili Indonesia pada perlombaan dengan negara-negara tetangga se ASEAN. Tak dinyana, ternyata Indah masuk ke dalam skuad yang 5 tersebut. Dalam hal ini, Riau sangat diperhitungkan di tingkat nasional.

Negara ASEAN yang mengirimkan para hafiz-hafizah terbaiknya yaitu Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, Myanmar, Vietnam dan Kamboja.Peserta yang mengikuti cabang lomba hifzil qur’an 10 juz sebanyak 34 peserta putra dan putri. “Alhamdulillah saya bersyukur, karena pada lomba ini saya jura II,” kata dia.

Dengan penuh kerendahan hati, Indah mengatakan, capaian itu berkat doa-doa dari orang yang mendukung, baik orangtua, keluarga besar, teman-teman, serta para dosen Bimbingan Konseling FKIP UNRI.

“Tanpa adanya rida Allah, lalu semangat dari orang tua, keluarga saya tidak akan bisa mencapai prestasi ini,” kata dia.

Meski juara II se ASEAN, Indah tetap tidak jumawa. Justru ia mengungkapkan rasa takjub dan kagumnya melihat peserta dari negara lain, yang menjadi minoritas di negaranya.

“Seperti Thailand. Negara Thailand merupakan negara yang memiliki umat muslim yang minoritas, rasnya berkulit kuning langsat, bermata sipit, bukan berarti menghambat mereka dalam berjuang untuk menghafal Al-Qur’an,” kata dia.

Lebih lanjut Indah menyebut, ketika peserta dari Thailand, Myanmar dan Kamboja tampil, baik dewan hakim, panitia maupun peserta yang lainnya berdecak kagum mendengarkan bacaan Alquran mereka. Bacaan mereka fasih, dan hafalannya lancar serta mereka tampil dengan baik.

“Mereka juga mengaji dengan irama yang sangat merdu sehingga terharu rasanya saat mendengarkannya. Ternyata tak ada perbedaan kita dengan mereka ketika membaca Alquran. Alquran benar-benar menyatukan kita meski berbeda ras,” kata dia.

Indah juga mendedikasikan prestasinya tersebut kepada kakaknya, yang sudah lebih dahulu dipanggil Yang Maha Kuasa, yaitu almarhumah Ratih Widyastuti. Sebab, almarhumah Ratih yang memberikan motivasi agar Indah bisa menjadi hafizah. Sedangkan Ratih sendiri juga pernah dimuat Tribun Pekanbaru karena prestasinya semasa hidup di bidang hifzil quran.

Indah memberikan pesan kepada mahasiswa, sesibuk apapun kuliah, jangan pernah melupakan Alquran. “Malah, karna Alquran Insya Allah yang buat kuliah jadi berjalan dengan lancar,” kata dia.

Menurut Indah, sebagai generasi muda harus tetap semangat dalam mencapai apa yang diinginkan. Walaupun gagal dalam menjalaninya, tetapi tidak boleh putus asa.

Baca Juga:  Hebat.! Putri Direktur RSUD Siak Harumkan Nama Daerah di tingkat Internasional

“Lalu ketika ingin mencapai sesuatu, libatkan lah Allah dalam usaha yang kita lakukan. Mulai memperbaiki hubungan kita dengan Allah. Karena usaha yang keras yang kita lakukan tanpa adanya pertolongan Allah kita tidak akan bisa mencapai tujuan kita,” kata dia.

Orangtuanya Hj Nuraisyah sangat bersyukur dengan ketekunan Indah menghafal Alquran. Bagi dia, memiliki anak gemar menghafal Alquran adalah anugrah paling besar yang diberikan Allah.

“Kalaupun kami bukan dari keluarga penghafal Alquran, kami sangat ingin anak-anak kami bisa hafal Alquran. Jangan seperti kami yang tidak bisa hafal, anak anak harus lebih dari kami,” kata dia.

Nurasyiah bangga dengan Indah bukan karena prestasi semata. Melainkan ketekunan, akhlakul karimahnya dan banyak menghabiskan waktu untuk menghafal Alquran.

Pemukulan Gong

Penutupan MTQMN Ke-16 yang berlangsung di Gedung AAC Dayan Dawood, Darussalam, Banda Aceh, tadi malam, ditandai dengan pemukulan gong oleh Direktur Kemahasiswaan dan Karier Kemenristekdikti, Dr Didin Wahidin Mpd. Pada acara itu, seluruh kafilah dari seluruh Indonesia dan tamu undangan lainnya juga disuguhkan kesenian Aceh yaitu tarian ratoh jaroe dan saman oleh mahasiswa.

Penutupan MTQMN itu dihadiri ribuan peserta yang duduk berdasarkan cabang yang diikuti. Sebelum dewan hakim membacakan keputusan, mahasiswa dengan dipimpin Rektor Unsyiah, Prof Dr Samsul Rizal dan istrinya Ny Farnida Samsul Rizal mendeklarasikan green campus.

MTQMN kali ini memang mengusung green campus. Hal itu dibuktikan dengan dibagikan tumbler (botol minuman) kepada peserta dan disediakan air isi ulang di setiap sudut kampus. Sehingga peserta tak perlu membeli air mineral yang bisa menyisakan sampah plastik. Adapun kafilah yang masuk dalam 10 besar pada MTQMN kali ini adalah Universitas Negeri Malang dengan nilai 64 berhasil menjadi juara pertama (juara umum). Setelah itu disusul Universitas Brawijaya (Malang) dengan nilai 63 sebagai juara kedua, Universitas Gadjah Mada dengan nilai 41 berada di urutan ketuga, Universitas Indonesia Jakarta dengan nilai 38 di posisi keempat.

Seterusnya, duo perguruan tinggi dari Sumatera Barat yaitu Universitas Andalas dan Universitas Negeri Padang yang sama-sama mengumpulkan nilai 36 menduduki posisi kelima dan keenam. Seterusnya, posisi ketujuh ditempati tuan rumah Unsyiah dengan raihan nilai 31.

Bagi Unsyiah, hasil ini lebih baik dari MTQMN sebelumnya di Malang, dimana saat itu mereka menduduki urutan kedelapan.

Kemudian, Universitas Negeri Medan dengan nilai 30 menempati rangking delapan, Universitas Negeri Yogyakarta dengan nilai 23 mendapat juara kesembilan dan Universitas Sumatera Utara (USU) dengan nilai 22 berada di peringkat 10. Daftar juara MTQMN tersebut ditandatangani oleh Prof Dr H Said Agil Husin Al-Munawwar MA dan Prof Dr Ir H Anis Saggaff MSCE, selaku Ketua dan Sekretaris Dewan Hakim.

Sumber : Rilis
Editor : Afrijon

loading...